Kamis, 29 November 2012
Senin, 26 November 2012
Minggu, 25 November 2012
Jumat, 23 November 2012
Selasa, 09 Oktober 2012
TEKNIK2 BASKET
A. PASSING DAN CATCHING
Istilah mengoper/melempar/mengumpan
selalu berhubungan dengan menangkap (catching) atau menerima bola.
Operan pada umumnya dilakukan dengan 2 bahkan 1 tangan serta harus
cepat, tepat dan keras, tetapi tidak liar sehingga dapat dikuasai oleh
kawan yang menerimanya. Namun mengoper tidaklah semudah orang menduga.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengoper bola antara lain :
Arah bola ke sasaran harus terhindar dari serobotan ( intercept) lawan.
Timing harus tepat
Perasaan (feeling)
Hindari lemparan menyilang
Timing harus tepat
Perasaan (feeling)
Hindari lemparan menyilang
Untuk dapat melakukan operan dengan baik
harus dapat menguasai macam-macam teknik dasar melempar dan menangkap
bola dengan baik. Teknik dasar melempar bola tersebut al :
Chest Pass ( Operan dada)
Bounce Pass ( Operan pantulan)
Over Head Pass ( Operan dari atas kepala)
Baseball Pass ( operan jarak jauh ( fast break)
Bounce Pass ( Operan pantulan)
Over Head Pass ( Operan dari atas kepala)
Baseball Pass ( operan jarak jauh ( fast break)
Biasanya untuk pemain pemula yang
diberikan ada 3 macam passing seperti yang diatas, sedangkan untuk
baseball pass biasanya diberikan setelah mereka dapat melakukan gerakan
yang lain dengan baik.
B. DRIBBLING
Menggiring bola adalah cara untuk
membawa bola ke segala arah dengan lebih dari satu langkah asal bola
sambil dipantulkan dan merupakan suatu usaha untuk mengamankan bola dari
rampasan lawan sebab dengan demikian ia dapat bergerak menjauhkan lawan
sambil memantulkan bola kemana ia tuju. Ada beberapa cara menggiring
bola al :
Menggiring bola rendah ( untuk control bola).
Menggiring bola tinggi (untuk kecepatan).
Menggiring campuran
Menggiring bola tinggi (untuk kecepatan).
Menggiring campuran
Menggiring bola ini dilatih dari hal
yang mudah yaitu dengan sikap ditempat atau berhenti kemudian berjalan
dan terakhir baru berlari setelah agak mahir baru kemudian diberikan
latihan dengan rintangan untuk lebih mempersulit dribbling/menggiring
bola.
C. SHOOTING
Menembak adalah sasaran akhir setiap
bermain, juga termasuk unsure yang menentukan kemenangan dalam
pertandingan sebab kemenangan ditentukan oleh banyaknya bola yang masuk
dalam keranjang (basket) setiap serangan selalu berusaha untuk dapat
melakukan tembakan. Dasar-dasar teknik menembak sebenarnya sama dengan
teknik operan disamping itu juga tepat tidaknya mekanika gerakan dalam
menembak menentukan baik buruknya tembakan.
Shooting atau menembak ini harus
dilakukan sesering mungkin untuk melatih anak merasakan gerakannya
dengan benar serta dapat terlatih ketepatannya. Untuk para atlit yunior
biasanya penekanan latihan pada dua macam cara dalam melakukan shooting
atau menembaknya antara lain :
One Hand Shoot (Tembakan satu tangan).
Two Hand Shoot (Tembakan dua tangan).
Two Hand Shoot (Tembakan dua tangan).
D. PIVOT
Teknik ini diperlukan untuk mengatasi
peraturan tentang diperkenankannya seorang pemain yang memegang bola
sambil jalan atau lari. Bahkan seorang pemain yang memegang bola tidak
boleh melangkah lebih dari satu langkah tanpa memantulkan bola. Untuk
menghindari bola dari sergapan lawan maka ia diperbolehkan melakukan
pivot. Garakan berporos (pivot) adalah suatu usaha mengubah arah hadap
badan kesegala arah dengan satu kaki tetap sebagai poros (tumpuan). Kaki
poros tidak boleh terangkat atau tergeser dari tempatnya, sementara
kaki yang lain boleh bergerak atau melangkah kesegala arah, khususnya
pada saat memegang bola, sebab dipergunakan agar bola dapat dijauhkan
dari jangkauan lawan.
Pivot dapat berbentuk al :
In Front Pivot (front turn).
Reverse Pivot (reverse turn).
Reverse Pivot (reverse turn).
E. REBOUND
Merayah bola merupakan teknik dasar yang
perlu dikuasai oleh seorang pemain, hal ini dapat dimaklumi sebab
kemenangan dalam merayah bola merupakan suatu kesempatan untuk melakukan
serangan berikutnya. Merayah bola (rebound) merupakan suatu usaha untuk
mengambil atau menangkap bola yang datangnya memantul dari papan pantul
atau keranjang akibat dari tembakan yang tidak berhasil. Beberapa ahli
mengatakan “ Kalau tidak dapat memenangkan bola rebound maka tim anda
tak akan bias menang “, hal ini dapat dibenarkan sebab memenangkan
rebound berarti kita mempunyai kesempatan lagi untuk menembak.
Teknik merayah bola (rebound) dibagi menjadi dua yaitu :
Defensive Rebound (merayah bola pada saat bertahan).
Offensive Rebound (merayah bola pada saat menyerang).
Offensive Rebound (merayah bola pada saat menyerang).
Rebound atau merayah bola dilakukan
sesering mungkin karena memerlukan ketepatan waktu (timing) yang baik.
Sebaiknya saat masih yunior diberikan sehingga para pemain sudah dapat
merasakan gerakan dengan baik dan mempunyai ketepatan waktu (timing) dan
menutup lawan.
basket indonesia
Bola.net - Gelaran musim kedua Speedy Women’s National Basketball
League (WNBL) Indonesia 2012-2013 bakal berlangsung lebih menarik
dengan kehadiran tim baru. Hari ini, PT Deteksi Basket Lintas (DBL)
Indonesia selaku penyelenggara mengumumkan identitas tim baru itu,
sekaligus jadwal liga.
Klub basket asal Jakarta, Merah Putih Predators, akan menjadi kontestan keenam yang ikut meramaikan liga putri tertinggi di tanah air tersebut. Bergabung dengan Surabaya Fever, Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta, Sahabat Semarang, Sritex Dragons Solo, serta Rajawali Tunas Mojang Jawa Barat.
“Kehadiran Merah Putih Predators akan membuat kompetisi lebih kompetitif. Selama ini, Merah Putih Predators dikenal sebagai klub yang konsisten mencetak pemain-pemain basket hebat untuk tim nasional Indonesia,” kata Azrul Ananda, direktur PT DBL Indonesia, commissioner WNBL Indonesia.
Hasan Gozali, ketua Dewan Komisaris WNBL Indonesia, menyebut bergabungnya Merah Putih Predators sebagai tanda positif kehidupan baru liga putri Indonesia. Baru satu musim, setelah sebelumnya vakum hampir empat tahun, sudah mampu mengundang minat banyak peserta baru.
“Sebenarnya, ada beberapa klub basket putri yang ingin bergabung di WNBL Indonesia. Namun, kami menilai Merah Putih Predators merupakan tim yang paling siap untuk tampil,” kata owner klub Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta tersebut.
Mendapat kesempatan tampil di ajang tertinggi, para pengelola Merah Putih Predators mengaku tidak akan menyia-nyiakannya. Mereka sudah lama menyiapkan skuad, yang semestinya diproyeksikan untuk tampil di Kompetisi Basket Wanita (Kobanita), yang bubar pada 2009.
“Begitu mengetahui kompetisi basket putri di Indonesia kembali dihidupkan, ada semangat baru untuk kembali merasakan atmosfer kompetisi. Dengan materi pemain yang sebagian besar punggawa tim basket putri PON DKI Jakarta, saya percaya tim kami akan mampu memberikan banyak kejutan,” ujar Pandit Sumawinata, manager Merah Putih Predators.
Dengan bertambahnya tim, jumlah pertandingan otomatis akan bertambah. Apalagi, PT DBL Indonesia bersama Dewan Komisaris WNBL Indonesia juga sepakat menambah jumlah pertemuan antar tim. Bila musim lalu setiap tim hanya bertemu dua kali, musim kedua ini masing-masing bertemu tiga kali.
Jadi, setiap tim akan bertanding sebanyak 15 kali di musim reguler, yang rencananya dibagi dalam lima seri. Dimulai di Bandung pada 28 November-2 Desember, berlanjut ke Jakarta, Semarang, Solo, dan Surabaya. Tim empat besar akan lolos ke Championship Series, berebut gelar juara di Jogjakarta pada 18-26 Mei 2013 mendatang.
Berikut jadwal Speedy WNBL Indonesia 2012-2013:
Seri I Bandung: 28 November - 2 Desember 2012 (C-Tra Arena)
Seri II Jakarta: 16-20 Januari 2013 (Hall Basket Senayan)
Seri III Semarang: 1-3 Maret 2013 (GOR Sahabat)
Seri IV Solo: 13-17 Maret 2013 (Sritex Arena)
Seri V Surabaya: 24-28 April 2013 (DBL Arena)
Championship Series: 18-26 Mei 2013 (GOR UNY Jogjakarta) (wnbl/kny)
Klub basket asal Jakarta, Merah Putih Predators, akan menjadi kontestan keenam yang ikut meramaikan liga putri tertinggi di tanah air tersebut. Bergabung dengan Surabaya Fever, Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta, Sahabat Semarang, Sritex Dragons Solo, serta Rajawali Tunas Mojang Jawa Barat.
“Kehadiran Merah Putih Predators akan membuat kompetisi lebih kompetitif. Selama ini, Merah Putih Predators dikenal sebagai klub yang konsisten mencetak pemain-pemain basket hebat untuk tim nasional Indonesia,” kata Azrul Ananda, direktur PT DBL Indonesia, commissioner WNBL Indonesia.
Hasan Gozali, ketua Dewan Komisaris WNBL Indonesia, menyebut bergabungnya Merah Putih Predators sebagai tanda positif kehidupan baru liga putri Indonesia. Baru satu musim, setelah sebelumnya vakum hampir empat tahun, sudah mampu mengundang minat banyak peserta baru.
“Sebenarnya, ada beberapa klub basket putri yang ingin bergabung di WNBL Indonesia. Namun, kami menilai Merah Putih Predators merupakan tim yang paling siap untuk tampil,” kata owner klub Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta tersebut.
Mendapat kesempatan tampil di ajang tertinggi, para pengelola Merah Putih Predators mengaku tidak akan menyia-nyiakannya. Mereka sudah lama menyiapkan skuad, yang semestinya diproyeksikan untuk tampil di Kompetisi Basket Wanita (Kobanita), yang bubar pada 2009.
“Begitu mengetahui kompetisi basket putri di Indonesia kembali dihidupkan, ada semangat baru untuk kembali merasakan atmosfer kompetisi. Dengan materi pemain yang sebagian besar punggawa tim basket putri PON DKI Jakarta, saya percaya tim kami akan mampu memberikan banyak kejutan,” ujar Pandit Sumawinata, manager Merah Putih Predators.
Dengan bertambahnya tim, jumlah pertandingan otomatis akan bertambah. Apalagi, PT DBL Indonesia bersama Dewan Komisaris WNBL Indonesia juga sepakat menambah jumlah pertemuan antar tim. Bila musim lalu setiap tim hanya bertemu dua kali, musim kedua ini masing-masing bertemu tiga kali.
Jadi, setiap tim akan bertanding sebanyak 15 kali di musim reguler, yang rencananya dibagi dalam lima seri. Dimulai di Bandung pada 28 November-2 Desember, berlanjut ke Jakarta, Semarang, Solo, dan Surabaya. Tim empat besar akan lolos ke Championship Series, berebut gelar juara di Jogjakarta pada 18-26 Mei 2013 mendatang.
Berikut jadwal Speedy WNBL Indonesia 2012-2013:
Seri I Bandung: 28 November - 2 Desember 2012 (C-Tra Arena)
Seri II Jakarta: 16-20 Januari 2013 (Hall Basket Senayan)
Seri III Semarang: 1-3 Maret 2013 (GOR Sahabat)
Seri IV Solo: 13-17 Maret 2013 (Sritex Arena)
Seri V Surabaya: 24-28 April 2013 (DBL Arena)
Championship Series: 18-26 Mei 2013 (GOR UNY Jogjakarta) (wnbl/kny)
Senin, 08 Oktober 2012
sejarah Michael jordan
Saya akan menjelaskan alasan kenapa Michael Jordan adalah pemain basket terhebat sepanjang masa. Hanya ada dua label untuk pemain dalam olahraga: juara atau gagal.
Kemenangan adalah satu-satunya tolak ukur kesuksesan seorang atlit dalam olahraga dan jumlah kejuaraan yang dimenangkan atlit tersebut adalah satu-satunya statistik yang relevan dalam mengukur kemampuan seorang pemain.
Baik anda setuju ataupun tidak, memang banyak cara untuk mengukur kehebatan seorang pemain. Namun biarlah kita berasumsi bahwa anda semua setuju akan hal ini. Karena dalam sebuah olahraga, kemenangan sangatlah dihargai.
Kita suka seorang pemenang. Kita suka bila tim kita berhasil menang. Dengan berdasarkan pada pandangan di atas, maka tolak ukur kehebatan seorang pemain basket bisa diukur dari cincin juara yang ia dapatkan. Jordan adalah pemain terbaik yang pernah memainkan olahraga bola basket di dunia. Seorang model yang super perfect untuk semua orang yang ingin belajar basket.
Jordan memiliki fondasi basket yang bagus, mempunya jiwa kepempimpinan, dan yang paling penting, ia selalu menang. Enam cincin juara didapatkan Jordan tiga kali berturut-turut di tahun 1991-1993 dan 1996-1998.
Saya akan melewatkan Bill Russell sebagai pemain terhebat dengan 11 cincin juara dalam argumen ini karena dua alasan: 1) Saya tidak pernah melihat permainan Bill Russel, 2) Persaingan tim-tim di NBA pada era Russell tidak seketat sekarang. Misalnya pemain berkulit hitam masih sedikit jumlahnya waktu itu. Aturan-aturan yang membatasi jumlah pemain hebat dalam satu tim seperti salary cap dan luxury tax belum ada. Free agency belum diciptakan.
Olahraga basket belum berkembang seperti zaman sekarang dengan adanya scouting kelemahan lawan, peraturan-peraturan basket seperti garis three point, dan lain-lain. Intinya, era Russel ketika ia meraih 11 cincin tidak bisa dibandingkan dengan era Jordan yang meraih enam cincin karena situasinya jauh berbeda. Bahkan menurut saya, kita tidak bisa membandingkan pemain dari dua era yang berbeda.
Sebagai pembanding Jordan, kita akan melihat pemain yang paling mirip secara skill, gaya bermain dan prestasi. Di era saat ini, pemain yang paling mendekati dengan Jordan adalah Kobe Bryant. Kobe adalah pemain yang hebat. Lima cincin juaranya tidak bisa dikesampingkan dan dipandang sebelah mata. Lima cincin juara adalah sebuah prestasi yang hebat.
Namun Kobe tidak akan pernah bisa melewati Jordan walaupun ia mendapat enam cincin juara sekalipun. Di akhir artikel ini, anda akan mengerti Tiga cincin juara pertama Kobe diraih bersama Shaq, seorang pemain yang sangat dominan di liga NBA saat itu, bahkan lebih hebat dibanding Kobe versi muda. Shaq adalah sebuah alasan besar kenapa Kobe mendapat tiga cincin pertamanya. Tanpa Shaq saat itu, sulit buat Lakers menjadi juara.
Kobe memang adalah seorang pemain dengan kemampuan individual yang hebat. Hal itu ditunjukkannya ketika ia mencetak 81 points dalam satu pertandingan di regular season. Namun sayangnya, seiring dengan ditinggalnya Shaq, prestasi Lakers langsung merosot jauh, dan prestasi individual hebat Kobe tertutup dengan buruknya rekor Lakers di regular season saat itu.
Tanpa cincin juara, apalah artinya jika Kobe mau mencetak 100 points dalam sebuah game sekalipun. Malah Shaq lebih dulu mendapat cincin keempatnya di tahun 2006 bersama Miami Heat, setelah berpisah dengan Kobe.
Salah satu keberuntungan Kobe ketika mendapat tiga cincin pertamanya adalah: ia masuk ke NBA di usia muda [langsung bermain di NBA setelah lulus SMU], mendapatkan tim yang bagus di usia muda, dan pelatih yang sudah terbukti sukses [Phil Jackson dengan enam cincin juara sebelum bergabung dengan Lakers].
Namun Jordan juga beruntung karena di era keemasannya, Jordan tidak harus berbagi spotlight dengan Magic Johnson ataupun Larry Bird. Walaupun demikian, Jordan menghancurkan semua pemain hebat [siapapun] yang menghalangi jalannya menuju tangga juara, diantaranya ada: Isiah Thomas, Magic Johnson, Clyde Drexler, Patrick Ewing, Alonzo Mourning, Charles Barkley, Gary Payton, John Stockton, Karl Malone, Shawn Kemp, John Starks, Tim Hardaway, dan masih banyak lagi.
Cincin juara Kobe yang keempat didapat ketika tidak ada tim lain di NBA yang pantas/siap menggondol gelar. Shaq sudah tua, LeBron James dikalahkan oleh Orlando Magic yang memiliki tim lebih kuat. Celtics yang seharusnya memiliki kesempatan besar untuk mempertahankan gelar juara mereka di musim sebelumnya harus menerima kenyataan pahit karena Kevin Garnett mengalami cedera, yang membuat peluang mereka menjadi juara sirna seketika.
Di final NBA tahun 2009, Orlando bukanlah sebuah tim yang siap untuk menjadi juara. Jameer Nelson yang merupakan pemain bintang Magic, harus mengalami cedera panjang dan baru bisa bermain lagi di final, namun tidak bisa menemukan performa terbaiknya. Lakers menjadi tim terkuat di tahun 2009, karena memang tidak ada lagi tim yang pantas.
Cincin juara Kobe yang kelima, ini yang menarik, didapat melalui susah payah-sampai game ketujuh. Selama tiga kuarter, tim Kobe selalu tertinggal di game terakhir tersebut. Di menit-menit terakhir game penentu tersebut, baru akhirnya (dengan susah payah) Lakers berhasil membalikkan kedudukan dan mengalahkan Celtics. Tapi bukan Kobe yang membalikkan kedudukan tersebut.
Tim Lakers begitu kuat sehingga mereka bisa tetap menang atas Celtics walaupun Kobe tidak bermain bagus. Sama seperti kasusnya di tahun 2009, tim Lakers secara keseluruhan adalah tim yang lebih baik dari lawannya, bukan karena Kobe seorang diri bermain luar biasa. Tapi karena Lakers punya Phil Jackson, Pau Gasol, Derek Fisher, Lamar Odom, Trevor Ariza, Ron Artest, Sasha Vujacic, Shannon Brown, Andrew Bynum, Mitch Kupchak [GM Lakers] dan Jerry Buss [owner dari Lakers].
GM Lakers berperan besar dalam mendatangkan sebuah alasan mengapa Kobe tiba-tiba berpeluang mendapatkan cincin keempat dan kelima: Pau Gasol, seorang big man dengan kemampuan menyerang yang sangat luar biasa, memiliki IQ basket yang tinggi, rebound yang bisa diandalkan, defense yang lumayan, dan kemampuan passing yang sangat under-rated.
Bagaimana seandainya jika GM Memphis Chris Wallace tidak membungkus kado Gasol untuk Lakers? Kobe akan bertahan dengan tiga cincin saja. Kobe harus bersyukur punya arsitek tim seperti Mitch Kupchak dan mengalami keberuntungan dari tindakan bodoh Chris Wallace yang memberikan Gasol begitu saja.
Anyway, seandainya Kobe adalah Jordan, Celtics pasti sudah dihabisi di tahun 2008, dan Kobe sudah mendapat cincin keenamnya di tahun 2010. Bahkan di tahun 2011 ini, Kobe mencoreng nama Phil Jackson, dengan membuat timnya kalah 4-0 dari Dallas Mavericks di semifinal wilayah Barat.
Michael Jordan tidak akan kalah jika mempunyai Andrew Bynum, Lamar Odom, Pau Gasol, Derek Fisher, Ron Artest, dan Phil Jackson di timnya. Kobe disapu bersih, padahal ia mempunyai tiga center setinggi 7 feet yang berskill luar biasa plus pelatih dengan cincin juara terbanyak [11], memalukan.
Jordan bisa menang tanpa center yang bagus, Kobe malah punya tiga: Odom adalah starting center timnas Amerika yang meraih medali emas di kejuaraan dunia tahun 2010, Pau Gasol adalah pemain terbaik kejuaraan dunia tahun 2006, dan Bynum adalah center dengan badan dan power yang lebih besar dibanding Dwight Howard.
Jordan tidak akan membiarkan lawan menghabisinya di puncak terbesar olahraga basket. Pantang baginya untuk kalah dan apa saja pasti dilakukan Jordan agar timnya bisa menang. Jordan tidak akan membiarkan timnya gagal, tidak seperti Kobe.
Sebagai perbandingan saja, jika kita tidak menghitung musim terakhir Jordan bersama Bulls [1997-1998], shooting percentage terendah Jordan dalam karirnya sebagai pemain Bulls masih lebih tinggi dibanding shooting percentage tertinggi Kobe dalam karirnya sebagai pemain Lakers.
Terlebih lagi, lima cincin juara Kobe didapatkan dengan cara yang sama sekali tidak seperti Jordan. Tiga cincin didapatkan dimana ia bukan pemain terhebat di klubnya, satu cincin didapatkan karena timnya adalah tim yang kuat, dan cincin terakhir didapatkan bukan karena Kobe sebagai alasan utamanya.
Cara Kobe mendapatkan lima cincinnya tidak sehebat dan seperti Jordan. Michael Jordan menjadi juara dengan center semacam Bill Cartwright dan Will Purdue, bahkan dengan point guard seperti BJ Armstrong di timnya.
Masalahnya cincin juara yang didapat Kobe mengikuti tren dimana seorang superstar big man dibutuhkan untuk menjadi juara. Kobe punya big man hebat seperti Robert Horry, super big man seperti Gasol, dan super duper extra superstar big man dalam diri Shaq.
Tanpa mengesampingkan peran Kobe [karena tiga cincin juara yang didapatkannya bersama Shaq adalah peran mereka berdua], peran Shaq dalam meraih juara begitu dominan, lebih dominan tepatnya. Bukan artinya Kobe seorang pemain yang tidak hebat, he is very very very good player, but not a great one. At least not as great as no #23-Michael.
Jordan mendapatkan enam cincin juaranya dengan cara yang sangat luar biasa. Ia menghabisi lawan-lawannya dengan elegan. Di saat-saat kritis, tembakan Jordan lebih banyak masuk dibanding meleset. Sangking banyaknya, orang lebih mengingat tembakannya yang masuk daripada meleset di saat yang menentukan.
Di saat-saat genting, dimana timnya membutuhkan Jordan untuk menyelamatkan mereka, Bulls selalu bisa mengandalkan Jordan untuk membawa timnya menang. Tembakan-tembakan penentu kemenangan Jordan selalu datang di pentas terbesar seperti NBA Finals, alias di saat yang tepat. Itulah alasan yang membuat Jordan menjadi pemain terhebat.
Cerita kepahlawanannya melegenda karena ia membuat tembakan-tembakan penting di pentas terbesar, ketika semuanya dipertaruhkan. Lihat bagaimana Jordan menutup karirnya di cincin keenam [mari kita semua berpura-pura untuk melupakan karirnya di Wizards sebagai seorang pemain].
Game keenam di tahun 1998, skor 3-2 untuk Bulls, dan Jazz memiliki home court advantage di game ketujuh-bukan pertanda yang baik, namun seperti biasa di saat genting seperti ini Michael akan menampilkan sinar kebintangannya.
Skor pertandingan 85-86, Bulls tertinggal dengan waktu kurang dari 20 detik, Michael malah berhasil melakukan steal terhadap Karl Malone, menggocek Bryon Rusell, dan melakukan “The Last Shot”. Game over buat Jazz, Bulls juara lagi untuk yang keenam kalinya. Siapa bintangnya? Jordan.elain itu, jangan lupa bahwa big man dominan yang biasanya menjadi keharusan para tim untuk menjadi juara di NBA, tidak dibutuhkan Jordan. Jordan menjadi juara tanpa big man handal, enam kali! Mendapat satu cincin juara tanpa big man saja sulit.
Jordan melawan logika, Jordan adalah pahlawan utama dari timnya, dan Michael selalu menjadi alasan utama mengapa timnya menang [hal itu dibuktikan dengan enam Finals MVP]-baik itu dengan tembakan penentu kemenangan, passing ke orang yang tepat, maupun lewat defense, Michael selalu menjadi pemain terbaik di Finals, the best of the best.
Jordan selalu membuat keputusan yang tepat dan Jordan SELALU mengakhiri NBA Finals dengan indah. Ia tidak pernah kalah di partai penentu-NBA Finals. Itulah alasan mengapa Jordan akan selalu menjadi yang terbaik.
Bila Kobe mendapat tujuh cincin juara pun, orang akan bilang Shaq ‘membantunya’ meraih tiga cincin dan Gasol menyumbangkan sekian cincin. Kobe mendapat cincin juara dengan bantuan pelatih Michael.
Lima MVP regular season dan enam MVP Finals milik Jordan dibandingkan dengan satu MVP regular season dan dua MVP Finals milik Kobe. Apakah Kobe lebih baik dari Jordan? Yang benar saja. LeBron saja harus meminta bantuan dari Dwyane Wade dan Chris Bosh.
Walaupun suatu saat akan ada orang yang melampaui peraihan cincin juara Jordan, jalan yang harus ditempuh pemain tersebut seperti mendaki gunung everest dengan satu tangan dan mata tertutup.
Memang melampaui Jordan adalah tugas maha sulit, selain butuh keberuntungan [mendapat tim yang bagus], pemain yang ingin melewati Jordan harus meraih cincin juara lebih dari enam tanpa bantuan seorang big man yang dominan, menjadi pemain terhebat dalam timnya, membuat tembakan-tembakan penentu kemenangan di partai-partai super penting seperti NBA Finals, dan menang.
Tidak akan ada lagi pengganti Jordan. Hanya ada satu Jordan. Hanya ada satu pemain terhebat. Tidak akan ada pemain lain yang bisa melampaui apa yang
Kemenangan adalah satu-satunya tolak ukur kesuksesan seorang atlit dalam olahraga dan jumlah kejuaraan yang dimenangkan atlit tersebut adalah satu-satunya statistik yang relevan dalam mengukur kemampuan seorang pemain.
Baik anda setuju ataupun tidak, memang banyak cara untuk mengukur kehebatan seorang pemain. Namun biarlah kita berasumsi bahwa anda semua setuju akan hal ini. Karena dalam sebuah olahraga, kemenangan sangatlah dihargai.
Kita suka seorang pemenang. Kita suka bila tim kita berhasil menang. Dengan berdasarkan pada pandangan di atas, maka tolak ukur kehebatan seorang pemain basket bisa diukur dari cincin juara yang ia dapatkan. Jordan adalah pemain terbaik yang pernah memainkan olahraga bola basket di dunia. Seorang model yang super perfect untuk semua orang yang ingin belajar basket.
Jordan memiliki fondasi basket yang bagus, mempunya jiwa kepempimpinan, dan yang paling penting, ia selalu menang. Enam cincin juara didapatkan Jordan tiga kali berturut-turut di tahun 1991-1993 dan 1996-1998.
Saya akan melewatkan Bill Russell sebagai pemain terhebat dengan 11 cincin juara dalam argumen ini karena dua alasan: 1) Saya tidak pernah melihat permainan Bill Russel, 2) Persaingan tim-tim di NBA pada era Russell tidak seketat sekarang. Misalnya pemain berkulit hitam masih sedikit jumlahnya waktu itu. Aturan-aturan yang membatasi jumlah pemain hebat dalam satu tim seperti salary cap dan luxury tax belum ada. Free agency belum diciptakan.
Olahraga basket belum berkembang seperti zaman sekarang dengan adanya scouting kelemahan lawan, peraturan-peraturan basket seperti garis three point, dan lain-lain. Intinya, era Russel ketika ia meraih 11 cincin tidak bisa dibandingkan dengan era Jordan yang meraih enam cincin karena situasinya jauh berbeda. Bahkan menurut saya, kita tidak bisa membandingkan pemain dari dua era yang berbeda.
Sebagai pembanding Jordan, kita akan melihat pemain yang paling mirip secara skill, gaya bermain dan prestasi. Di era saat ini, pemain yang paling mendekati dengan Jordan adalah Kobe Bryant. Kobe adalah pemain yang hebat. Lima cincin juaranya tidak bisa dikesampingkan dan dipandang sebelah mata. Lima cincin juara adalah sebuah prestasi yang hebat.
Namun Kobe tidak akan pernah bisa melewati Jordan walaupun ia mendapat enam cincin juara sekalipun. Di akhir artikel ini, anda akan mengerti Tiga cincin juara pertama Kobe diraih bersama Shaq, seorang pemain yang sangat dominan di liga NBA saat itu, bahkan lebih hebat dibanding Kobe versi muda. Shaq adalah sebuah alasan besar kenapa Kobe mendapat tiga cincin pertamanya. Tanpa Shaq saat itu, sulit buat Lakers menjadi juara.
Kobe memang adalah seorang pemain dengan kemampuan individual yang hebat. Hal itu ditunjukkannya ketika ia mencetak 81 points dalam satu pertandingan di regular season. Namun sayangnya, seiring dengan ditinggalnya Shaq, prestasi Lakers langsung merosot jauh, dan prestasi individual hebat Kobe tertutup dengan buruknya rekor Lakers di regular season saat itu.
Tanpa cincin juara, apalah artinya jika Kobe mau mencetak 100 points dalam sebuah game sekalipun. Malah Shaq lebih dulu mendapat cincin keempatnya di tahun 2006 bersama Miami Heat, setelah berpisah dengan Kobe.
Salah satu keberuntungan Kobe ketika mendapat tiga cincin pertamanya adalah: ia masuk ke NBA di usia muda [langsung bermain di NBA setelah lulus SMU], mendapatkan tim yang bagus di usia muda, dan pelatih yang sudah terbukti sukses [Phil Jackson dengan enam cincin juara sebelum bergabung dengan Lakers].
Namun Jordan juga beruntung karena di era keemasannya, Jordan tidak harus berbagi spotlight dengan Magic Johnson ataupun Larry Bird. Walaupun demikian, Jordan menghancurkan semua pemain hebat [siapapun] yang menghalangi jalannya menuju tangga juara, diantaranya ada: Isiah Thomas, Magic Johnson, Clyde Drexler, Patrick Ewing, Alonzo Mourning, Charles Barkley, Gary Payton, John Stockton, Karl Malone, Shawn Kemp, John Starks, Tim Hardaway, dan masih banyak lagi.
Cincin juara Kobe yang keempat didapat ketika tidak ada tim lain di NBA yang pantas/siap menggondol gelar. Shaq sudah tua, LeBron James dikalahkan oleh Orlando Magic yang memiliki tim lebih kuat. Celtics yang seharusnya memiliki kesempatan besar untuk mempertahankan gelar juara mereka di musim sebelumnya harus menerima kenyataan pahit karena Kevin Garnett mengalami cedera, yang membuat peluang mereka menjadi juara sirna seketika.
Di final NBA tahun 2009, Orlando bukanlah sebuah tim yang siap untuk menjadi juara. Jameer Nelson yang merupakan pemain bintang Magic, harus mengalami cedera panjang dan baru bisa bermain lagi di final, namun tidak bisa menemukan performa terbaiknya. Lakers menjadi tim terkuat di tahun 2009, karena memang tidak ada lagi tim yang pantas.
Cincin juara Kobe yang kelima, ini yang menarik, didapat melalui susah payah-sampai game ketujuh. Selama tiga kuarter, tim Kobe selalu tertinggal di game terakhir tersebut. Di menit-menit terakhir game penentu tersebut, baru akhirnya (dengan susah payah) Lakers berhasil membalikkan kedudukan dan mengalahkan Celtics. Tapi bukan Kobe yang membalikkan kedudukan tersebut.
Tim Lakers begitu kuat sehingga mereka bisa tetap menang atas Celtics walaupun Kobe tidak bermain bagus. Sama seperti kasusnya di tahun 2009, tim Lakers secara keseluruhan adalah tim yang lebih baik dari lawannya, bukan karena Kobe seorang diri bermain luar biasa. Tapi karena Lakers punya Phil Jackson, Pau Gasol, Derek Fisher, Lamar Odom, Trevor Ariza, Ron Artest, Sasha Vujacic, Shannon Brown, Andrew Bynum, Mitch Kupchak [GM Lakers] dan Jerry Buss [owner dari Lakers].
GM Lakers berperan besar dalam mendatangkan sebuah alasan mengapa Kobe tiba-tiba berpeluang mendapatkan cincin keempat dan kelima: Pau Gasol, seorang big man dengan kemampuan menyerang yang sangat luar biasa, memiliki IQ basket yang tinggi, rebound yang bisa diandalkan, defense yang lumayan, dan kemampuan passing yang sangat under-rated.
Bagaimana seandainya jika GM Memphis Chris Wallace tidak membungkus kado Gasol untuk Lakers? Kobe akan bertahan dengan tiga cincin saja. Kobe harus bersyukur punya arsitek tim seperti Mitch Kupchak dan mengalami keberuntungan dari tindakan bodoh Chris Wallace yang memberikan Gasol begitu saja.
Anyway, seandainya Kobe adalah Jordan, Celtics pasti sudah dihabisi di tahun 2008, dan Kobe sudah mendapat cincin keenamnya di tahun 2010. Bahkan di tahun 2011 ini, Kobe mencoreng nama Phil Jackson, dengan membuat timnya kalah 4-0 dari Dallas Mavericks di semifinal wilayah Barat.
Michael Jordan tidak akan kalah jika mempunyai Andrew Bynum, Lamar Odom, Pau Gasol, Derek Fisher, Ron Artest, dan Phil Jackson di timnya. Kobe disapu bersih, padahal ia mempunyai tiga center setinggi 7 feet yang berskill luar biasa plus pelatih dengan cincin juara terbanyak [11], memalukan.
Jordan bisa menang tanpa center yang bagus, Kobe malah punya tiga: Odom adalah starting center timnas Amerika yang meraih medali emas di kejuaraan dunia tahun 2010, Pau Gasol adalah pemain terbaik kejuaraan dunia tahun 2006, dan Bynum adalah center dengan badan dan power yang lebih besar dibanding Dwight Howard.
Jordan tidak akan membiarkan lawan menghabisinya di puncak terbesar olahraga basket. Pantang baginya untuk kalah dan apa saja pasti dilakukan Jordan agar timnya bisa menang. Jordan tidak akan membiarkan timnya gagal, tidak seperti Kobe.
Sebagai perbandingan saja, jika kita tidak menghitung musim terakhir Jordan bersama Bulls [1997-1998], shooting percentage terendah Jordan dalam karirnya sebagai pemain Bulls masih lebih tinggi dibanding shooting percentage tertinggi Kobe dalam karirnya sebagai pemain Lakers.
Terlebih lagi, lima cincin juara Kobe didapatkan dengan cara yang sama sekali tidak seperti Jordan. Tiga cincin didapatkan dimana ia bukan pemain terhebat di klubnya, satu cincin didapatkan karena timnya adalah tim yang kuat, dan cincin terakhir didapatkan bukan karena Kobe sebagai alasan utamanya.
Cara Kobe mendapatkan lima cincinnya tidak sehebat dan seperti Jordan. Michael Jordan menjadi juara dengan center semacam Bill Cartwright dan Will Purdue, bahkan dengan point guard seperti BJ Armstrong di timnya.
Masalahnya cincin juara yang didapat Kobe mengikuti tren dimana seorang superstar big man dibutuhkan untuk menjadi juara. Kobe punya big man hebat seperti Robert Horry, super big man seperti Gasol, dan super duper extra superstar big man dalam diri Shaq.
Tanpa mengesampingkan peran Kobe [karena tiga cincin juara yang didapatkannya bersama Shaq adalah peran mereka berdua], peran Shaq dalam meraih juara begitu dominan, lebih dominan tepatnya. Bukan artinya Kobe seorang pemain yang tidak hebat, he is very very very good player, but not a great one. At least not as great as no #23-Michael.
Jordan mendapatkan enam cincin juaranya dengan cara yang sangat luar biasa. Ia menghabisi lawan-lawannya dengan elegan. Di saat-saat kritis, tembakan Jordan lebih banyak masuk dibanding meleset. Sangking banyaknya, orang lebih mengingat tembakannya yang masuk daripada meleset di saat yang menentukan.
Di saat-saat genting, dimana timnya membutuhkan Jordan untuk menyelamatkan mereka, Bulls selalu bisa mengandalkan Jordan untuk membawa timnya menang. Tembakan-tembakan penentu kemenangan Jordan selalu datang di pentas terbesar seperti NBA Finals, alias di saat yang tepat. Itulah alasan yang membuat Jordan menjadi pemain terhebat.
Cerita kepahlawanannya melegenda karena ia membuat tembakan-tembakan penting di pentas terbesar, ketika semuanya dipertaruhkan. Lihat bagaimana Jordan menutup karirnya di cincin keenam [mari kita semua berpura-pura untuk melupakan karirnya di Wizards sebagai seorang pemain].
Game keenam di tahun 1998, skor 3-2 untuk Bulls, dan Jazz memiliki home court advantage di game ketujuh-bukan pertanda yang baik, namun seperti biasa di saat genting seperti ini Michael akan menampilkan sinar kebintangannya.
Skor pertandingan 85-86, Bulls tertinggal dengan waktu kurang dari 20 detik, Michael malah berhasil melakukan steal terhadap Karl Malone, menggocek Bryon Rusell, dan melakukan “The Last Shot”. Game over buat Jazz, Bulls juara lagi untuk yang keenam kalinya. Siapa bintangnya? Jordan.elain itu, jangan lupa bahwa big man dominan yang biasanya menjadi keharusan para tim untuk menjadi juara di NBA, tidak dibutuhkan Jordan. Jordan menjadi juara tanpa big man handal, enam kali! Mendapat satu cincin juara tanpa big man saja sulit.
Jordan melawan logika, Jordan adalah pahlawan utama dari timnya, dan Michael selalu menjadi alasan utama mengapa timnya menang [hal itu dibuktikan dengan enam Finals MVP]-baik itu dengan tembakan penentu kemenangan, passing ke orang yang tepat, maupun lewat defense, Michael selalu menjadi pemain terbaik di Finals, the best of the best.
Jordan selalu membuat keputusan yang tepat dan Jordan SELALU mengakhiri NBA Finals dengan indah. Ia tidak pernah kalah di partai penentu-NBA Finals. Itulah alasan mengapa Jordan akan selalu menjadi yang terbaik.
Bila Kobe mendapat tujuh cincin juara pun, orang akan bilang Shaq ‘membantunya’ meraih tiga cincin dan Gasol menyumbangkan sekian cincin. Kobe mendapat cincin juara dengan bantuan pelatih Michael.
Lima MVP regular season dan enam MVP Finals milik Jordan dibandingkan dengan satu MVP regular season dan dua MVP Finals milik Kobe. Apakah Kobe lebih baik dari Jordan? Yang benar saja. LeBron saja harus meminta bantuan dari Dwyane Wade dan Chris Bosh.
Walaupun suatu saat akan ada orang yang melampaui peraihan cincin juara Jordan, jalan yang harus ditempuh pemain tersebut seperti mendaki gunung everest dengan satu tangan dan mata tertutup.
Memang melampaui Jordan adalah tugas maha sulit, selain butuh keberuntungan [mendapat tim yang bagus], pemain yang ingin melewati Jordan harus meraih cincin juara lebih dari enam tanpa bantuan seorang big man yang dominan, menjadi pemain terhebat dalam timnya, membuat tembakan-tembakan penentu kemenangan di partai-partai super penting seperti NBA Finals, dan menang.
Tidak akan ada lagi pengganti Jordan. Hanya ada satu Jordan. Hanya ada satu pemain terhebat. Tidak akan ada pemain lain yang bisa melampaui apa yang
Data michael jordan
Michael Jeffrey Jordan (born February 17, 1963), also known by his initials, MJ,[1] is an American former professional basketball player, entrepreneur, and majority owner and chairman of the Charlotte Bobcats. His biography on the National Basketball Association (NBA) website states, "By acclamation, Michael Jordan is the greatest basketball player of all time."[2]
Jordan was one of the most effectively marketed athletes of his
generation and was considered instrumental in popularizing the NBA
around the world in the 1980s and 1990s.[3]
After a three-season career at the University of North Carolina at Chapel Hill, where he was a member of the Tar Heels' national championship team in 1982, Jordan joined the NBA's Chicago Bulls in 1984. He quickly emerged as a league star, entertaining crowds with his prolific scoring. His leaping ability, illustrated by performing slam dunks from the free throw line in slam dunk contests, earned him the nicknames "Air Jordan" and "His Airness". He also gained a reputation for being one of the best defensive players in basketball.[4] In 1991, he won his first NBA championship with the Bulls, and followed that achievement with titles in 1992 and 1993, securing a "three-peat". Although Jordan abruptly retired from basketball at the beginning of the 1993–94 NBA season to pursue a career in baseball, he rejoined the Bulls in 1995 and led them to three additional championships (1996, 1997, and 1998) as well as an NBA-record 72 regular-season wins in the 1995–96 NBA season. Jordan retired for a second time in 1999, but returned for two more NBA seasons from 2001 to 2003 as a member of the Washington Wizards.
Jordan's individual accolades and accomplishments include five MVP awards, ten All-NBA First Team designations, nine All-Defensive First Team honors, fourteen NBA All-Star Game appearances, three All-Star Game MVP awards, ten scoring titles, three steals titles, six NBA Finals MVP awards, and the 1988 NBA Defensive Player of the Year Award. He holds the NBA records for highest career regular season scoring average (30.12 points per game) and highest career playoff scoring average (33.45 points per game). In 1999, he was named the greatest North American athlete of the 20th century by ESPN, and was second to Babe Ruth on the Associated Press's list of athletes of the century. He was inducted into the Basketball Hall of Fame in 2009.
Jordan is also noted for his product endorsements. He fueled the success of Nike's Air Jordan sneakers, which were introduced in 1985 and remain popular today.[5] Jordan also starred in the 1996 feature film Space Jam as himself. He is the majority owner and head of basketball operations for the NBA's Charlotte Bobcats, having won a bidding war to buy controlling interest in the team from founding owner Robert L. Johnson.
After a three-season career at the University of North Carolina at Chapel Hill, where he was a member of the Tar Heels' national championship team in 1982, Jordan joined the NBA's Chicago Bulls in 1984. He quickly emerged as a league star, entertaining crowds with his prolific scoring. His leaping ability, illustrated by performing slam dunks from the free throw line in slam dunk contests, earned him the nicknames "Air Jordan" and "His Airness". He also gained a reputation for being one of the best defensive players in basketball.[4] In 1991, he won his first NBA championship with the Bulls, and followed that achievement with titles in 1992 and 1993, securing a "three-peat". Although Jordan abruptly retired from basketball at the beginning of the 1993–94 NBA season to pursue a career in baseball, he rejoined the Bulls in 1995 and led them to three additional championships (1996, 1997, and 1998) as well as an NBA-record 72 regular-season wins in the 1995–96 NBA season. Jordan retired for a second time in 1999, but returned for two more NBA seasons from 2001 to 2003 as a member of the Washington Wizards.
Jordan's individual accolades and accomplishments include five MVP awards, ten All-NBA First Team designations, nine All-Defensive First Team honors, fourteen NBA All-Star Game appearances, three All-Star Game MVP awards, ten scoring titles, three steals titles, six NBA Finals MVP awards, and the 1988 NBA Defensive Player of the Year Award. He holds the NBA records for highest career regular season scoring average (30.12 points per game) and highest career playoff scoring average (33.45 points per game). In 1999, he was named the greatest North American athlete of the 20th century by ESPN, and was second to Babe Ruth on the Associated Press's list of athletes of the century. He was inducted into the Basketball Hall of Fame in 2009.
Jordan is also noted for his product endorsements. He fueled the success of Nike's Air Jordan sneakers, which were introduced in 1985 and remain popular today.[5] Jordan also starred in the 1996 feature film Space Jam as himself. He is the majority owner and head of basketball operations for the NBA's Charlotte Bobcats, having won a bidding war to buy controlling interest in the team from founding owner Robert L. Johnson.
basket
Cina menjadi salah satu sasaran
pengembangan olahraga basket oleh YMCA. Diutuslah Bob Baily ke Tientsien
(1894) guna memperkenalkan olahraga baru ini.
Sejak itu, Cina mulai memainkan olahraga
ini. Selain Cina, negara Asia lain yang dijamah permainan basket untuk
kesempatan pertama adalah Jepang (1900) dan Filipina (1900).
Bagaimana bola basket bisa sampai masuk ke Indonesia?
Pada tahun 1920-an, gelombang
perantau-perantau dari Cina masuk ke Indonesia. Mereka pun membawa
permainan basket yang sudah dua dasawarsa dikembangkan di sana.
Para perantau itu membentuk komunitas
sendiri termasuk mendirikan sekolah Tionghoa. Akibatnya, basket cepat
berkembang di sekolah-sekolah Tionghoa.
Di sekolah-sekolah Tionghoa itu, bola
basket menjadi salah satu olahraga wajib yang harus dimainkan oleh
setiap siswa. Tidak heran jika di setiap sekolah selalu ada lapangan
basket. Tidak heran juga jika pebasket-pebasket yang menonjol
penampilannya berasal dari kalangan ini.
Pada era 1930-an perkumpulan-perkumpulan
basket mulai terbentuk. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Medan; menjadi sentral berdirinya
perkumpulan basket ini.
Di Semarang misalnya. Pada tahun 1930
sudah ada perkumpulan seperti Chinese English School, Tionghwa Hwee, Fe
Leon Ti Yu Hui, dan Pheng Yu Hui (Sahabat). Sahabat adalah klub asal
Sony Hendrawan (Liem Tjien Sion), salah satu legenda basket Indonesia.
Usai Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus
1945, olahraga basket mulai dikenal luas di kota-kota yang menjadi basis
perjuangan seperti Yogyakarta dan Solo. Pada PON (Pekan Olahraga
Nasional) I (1948) di Solo, bola basket dimainkan untuk pertama kali di
level nasional.
Peserta PON I masih terbatas pada putra
terkuat dari masing-masing 'Karesidenan', dan juga
perkumpulan-perkumpulan dengan pemain pribumi seperti PORI Solo, PORI
Yogyakarta, dan Akademi Olahraga Sarangan.
Namun harus diakui bahwa untuk teknik
permainan, kemampuan regu-regu Karesidenan yang terdiri dari para pemain
Tionghoa jauh lebih tinggi daripada pemain pribumi.
Pada tahun 1951 saat pergelaran PON II,
basket sudah dimainkan untuk putra dan putri. Regu yang dikirim tidak
lagi mewakili Karesidenan melainkan sudah mewakili Provinsi. Regu-regu
dari Jatim, DKI Jakarta, Jabar, dan Sumatra Utara adalah
kekuatan-kekuatan terkemuka di pentas PON.
Pada tahun 1951, Maladi -salah satu
tokoh olahraga nasional- meminta Tonny Wen dan Wim Latumeten untuk
membentuk organisasi basket di Indonesia. Jabatan Maladi waktu itu
adalah sekretaris Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Atas prakarsa kedua tokoh itu maka pada
23 Oktober 1951 dibentuklah organisasi dengan nama "Persatuan Basketball
Seluruh Indonesia".
Pada tahun 1955, diadakan penyempurnaan
nama sesuai kaidah Bahasa Indonesia. Nama itu adalah "Persatuan Bola
Basket seluruh Indonesia" disingkat dengan Perbasi. Pengurus Perbasi
yang pertama adalah Tonny Wen sebagai ketua dan Wim Latumeten sebagai
sekretaris.
Tidak Mau Bergabung Dengan terbentuknya
Perbasi, apakah perkembangan basket Indonesia bertambah pesat? Ternyata
tidak. Tantangan pertama datang dari perkumpulan Tionghoa yang tidak
bersedia bergabung karena telah memiliki perkumpulan tersendiri.
Untuk memecahkan masalah tersebut, pada
tahun 1955 Perbasi menyelenggarakan Konferensi Bola Basket di Bandung.
Konferensi ini dihadiri utusan-utusan dari Yogyakarta, Semarang,
Jakarta, dan Bandung.
Keputusan terpenting Konferensi ini
adalah Perbasi merupakan satu- satunya organisasi induk olahraga basket
di Indonesia. Istilah-istilah untuk perkumpulan-perkumpulan basket
Tionghoa tidak diakui lagi. Konferensi ini juga mempersiapkan
penyelenggaraan Kongres I Perbasi.
Perbasi diterima menjadi anggota FIBA
pada tahun 1953. Setahun kemudian, 1954, Indonesia untuk pertama kalinya
mengirimkan regu basket di Asian Games Manila.
Jumat, 05 Oktober 2012
Selamat datang
Selamat dating di blog saya yang
berisi tentang basket
Nama:alfonso
alfa w
Sekolah:smp
kanisius raden patah
Kelamin:laki-laki..
Langganan:
Postingan (Atom)